Namanya Ima Frontantina Simamora. Dia dilahirkan di Jakarta, 10 April 1979, sebagai anak ke-1 dari 5 bersaudara dalam keluarga pasutri Darwin Simamora dan Ruslan Sitorus. Ima menempuh SD-SMA di Tangerang dan menjalani studi teologi di STT-Jakarta.
Pendeta Ima yang masih melajang ini sempat melayani di beberapa Jemaat: di Jemaat GKI Gatot Subroto Bandung (2004-2020), lalu di Jemaat GKI Delima, Tanjung duren, Jakarta Barat (2020-2025), dan baru saja tanggal 1 September 2025 diteguhkan ke dalam pelayanan sebagai pendeta GKI dengan basis pelayanan Jemaat GKI Melur, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pdt. Ima bertutur tentang motivasinya menjadi pendeta: Awalnya saya mau belajar teologi saja. Setelah lulus saya mau bikin sekolah gratis untuk anak-anak jalanan. Namun didalam perjalanan kami sekeluarga mengalami masalah besar yang mengakibatkan ekonomi keluarga hancur berantakan ditambah mama saya dipanggil pulang Bapa ke sorga. Sedih dan hancur berantakan. Rasanya percuma cape-cape belajar, terus setia dan berusaha jadi orang baik. Dalam masalah itu pelan-pelan Tuhan memghadirkan berkat dan anugerah yang nyata. Ternyata adik-adik saya semua bisa kuliah dan lulus dari universitas yang bagus di Indonesia. Kami semua sehat dan semakin saling membantu dan relasi semakin hangat. Sayapun merasa betapa baiknya Tuhan Yesus, bagi saya. Apa yang bisa saya balas untuk Tuhan Yesus ya.. ? Jadi pendeta/hamba Tuhan. Itu yang saya punya: hidup saya. Tuhan sudah memulihkan dan menyelamatkan keluarga kami. Tuhan pulihkan dengan luar biasa. Menjadi pendeta adalah persembahan saya untuk Tuhan Allah.
Ia juga bercerita tentang pengalaman unik di Jemaat yang mulai dilayaninya ini: ”GKI Melur pas bersebelahan dengan kantor polisi. Setiap hari ketemu polisi dan para "tanggapan" nya. Ada rasa sedih juga. Apalagi kalau mendengar kasus-kasus seram. Awalnya agak ngeri juga tapi lama-lama jadi bisa saling menyapa dan bergaul. Seperti waktu tanggal 30 Agustus - 1 September, waktu persiapan peneguhan saya. Saya sering komunikasi dengan para polisi-polisi. Apakah aman berlangsung atau tidak? Para polisi bilang: aman,,aman, jalan..
Malah ada kalanya mereka kalau mau pergi tugas luar suka kasih tahu, supaya didoain. Di daerah melur juga suka ada anak-anak main disekitar gereja. Entah orang tuanya siapa? Akhirnya anak-anak ini saya ajak makan dan belajar. Jadi deh mereka setiap hari datang ke gereja cari saya untuk belajar. Awalnya 1 anak sekarang jadi dua. Inilah pelayanan yang sering kali tidak terduga tetapi Tuhan mengutus kita untuk melakukannya.”
Pdt. Ima menyapa kita dalam SG-GKI hari Rabu, 17 September 2025. (Awalan disunting dari catatan Pdt. Ima oleh Ronny N., sharing Pdt. Ima, video diedit dan diunggah oleh sdr. Sigit dari kantor Sinode GKI)
