Sapaan Gembala - Menabur Kebaikan

Selasa, 21 Oktober 2025 oleh Pdt. Suta Prawira

Namanya Suta Prawira, lahir di Tasikmalaya 24 Agustus 1965. Sejak kelas 1 SMA Suta melayani menjadi Guru Sekolah Minggu di GKI Jl. Veteran 49 Tasikmalaya. Alumni BPK Jabar Tasikmalaya (sekarang BPK PENABUR Tasikmalaya) ini menempuh pendidikan teologi di STT Jakarta (1984-1989). 

Suta ditahbiskan ke dalam jabatan Pendeta di GKI Cianjur 1992, diteguhkan untuk melayani GKI Kebonjati tahun 1996, diteguhkan untuk melayani di GKI Gunsa tahun 2000 dan melayani di sana sampai sekarang ini. Pdt. Suta menikah dengan Liliek Nofianti, adik kelasnya di STTJ (3 tahun di bawah Suta). Tuhan mengaruniai mereka 3 orang anak: Julita Tirta Prawira, Ayunistya Dwita Prawira dan Devita Theodora Prawira. Ayunistya mengikuti jejak ayahnya. Dia menjadi pendeta GKI dengan basis pelayanan GKI Kayu Putih, Jakarta.

Pdt. Suta berbagi pengalaman: ”Pernah satu kali ketika mengikuti kegiatan pelayanan masyarakat desa di Tohudan, Karta Sura, bersama teman-teman satu angkatan di tahun 1985 kalau tidak salah. Ada pengalaman yang membuat saya semakin kagum kepada alm. Pdt. Clement Suleeman.
Kisahnya terjadi pada pagi hari ketika aku bersama teman-teman hendak makan pagi sebelum pergi ke lapangan untuk turut bersama masyarakat melakukan pelbagai aktifitas masyarakat desa. Aku bersama teman-teman antri untuk mengambil makanan, setelah nasi dan lauk pauk memenuhi piring, aku berniat mengambil sambal yang ada di tengah meja makan.
Nah... Karena di sekitar meja makan berdesak-desakan dan setiap orang harus mengambil lauk pauk dengan cepat jadi aku tidak perhatikan siapa saja yang ada di belakangku atau yang ada di seberang meja makan. Ketika aku mau mengambil sendok sambal lalu ada tangan yang lebih cepat terjulur, dengan spontan kutepis tangan itu, tapi ketika tangan yang ditepis itu terlihat agak keriput terkejutlah aku, sebab ternyata tangan itu bukan tangan teman-teman tapi tangan alm. Pak Clement Seleeman.
Ia juga nampak terkejut tapi berusaha untuk tersenyum, senyum yang menenangkan, senyum yang penuh dengan permakluman. Sebuah pembelajaran yang berharga untuk aku dan juga teman-teman yang lain. Ia telah memaafkan aku sebelum aku menyampaikan permohonan maaf kepadanya.”

Mari sambut sapaan Pdt. Suta Prawira dlm SG-GKI hari Selasa 21 Oktober 2025. (Awalan disunting dari catatan terdahulu oleh Ronny N, sharing Pdt.Suta, video diedit dan diunggah oleh sdr. Sigit dari kantor Sinode GKI)