BANGKIT UNTUK MENATA KEHIDUPAN

Minggu, 31 Maret 2024 oleh Sdri. Nefesy Larasati Yoganingrat

Kisah Para Rasul 10: 34 – 43; Markus 16: 1 – 8

 

“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada disini. Lihat inilah tempat mereka membaringkan Dia.” (Mrk 16: 6). Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus serta Salome memutuskan untuk pergi ke kubur Yesus pada pagi hari pertama minggu itu. Mereka membeli rempah-rempah dan hendak meminyaki Yesus. Para perempuan tersebut pergi bersama ke kubur Yesus pagi-pagi benar setelah matahari terbit. Mereka masih dilanda duka setelah menyaksikan kematian Yesus yang begitu keji di atas kayu salib. Dalam perjalanan menuju kubur Yesus para perempuan tersebut dilanda kebingungan siapakah yang akan menggulingkan batu besar pada kubur Yesus, batu tersebut begitu besar menutup kubur Yesus sehingga sangatlah sulit untuk digulingkan, apalagi oleh tiga orang  perempuan tersebut. Dalam kebingungan tersebut mereka tetap meneruskan perjalanan menuju kubur Yesus. Namun masalah mereka terselesaikan karena batu yang amat besar tersebut telah terguling. Dengan amat sangat heran mereka segera masuk dalam kubur Yesus. Namun sangat terkejutlah mereka karena bukan mayat Yesus yang mereka temui melainkan seorang muda yang memakai jubah putih sedang duduk di dalam kubur tersebut dan mengatakan kepada mereka untuk tidak takut karena Yesus telah bangkit dan agar mereka segera pergi dan mengatakan kepada murid-murid Yesus bahwa Yesus telah bangkit. Para perempuan tersebut sangat terkejut dan segera lari meninggalkan kubur itu. Mereka sangat ketakutan tetapi dalam ketakutan mereka menyampaikan semua pesan tersebut kepada murid-murid Yesus.

Mari kita coba pahami situasi para perempuan tersebut pada saat itu, mereka masih dilanda kesedihan dan rasa duka yang mendalam setelah ditinggalkan Yesus dan dalam kesedihan tersebut mereka mengalami ketakutan yang luar biasa karena kubur Yesus telah kosong dan hanya ada seorang muda yang memerintahkan mereka untuk mengabarkan kebangkitan Yesus. Dari semuanya justru para perempuanlah yang dipilih Yesus untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya dan mewartakan berita baik tersebut kepada yang lain. Kita bisa melihat bahkan dalam ketakutan yang luar biasa pun mereka tetap menyampaikan pesan kebangkitan Yesus tersebut kepada murid-murid-Nya.  Para perempuan yang awalnya dilanda kesedihan serta ketakutan yang luar biasa kemudian mengalami sikap hidup yang berbeda, mereka menjadi saksi kebangkitan Yesus dan meneguhkan murid-murid Yesus melalui kesaksian mereka.

Kita bisa belajar bahwa kematian dan kebangkitan Yesus bukanlah sesuatu yang ditakuti. Kematian dan kebangkitan Yesus justru menjadi hal yang meneguhkan kita dalam iman dan kepercayaan kita. Kita harus pergi dan mewartakan tentang kebangkitan-Nya kepada semua orang sehingga banyak orang semakin mengenal dan percaya kepada-Nya (Kis. 10: 41-43). Namun kesaksian paling sejati bukanlah tentang kisah kubur kosong melainkan bagaimana sikap hidup kita dalam menata kehidupan. Bagaimana sikap hidup kita ketika kita dilanda kesedihan, ketakutan, dan  kehilangan pengharapan? Apakah iman kematian dan kebangkitan Yesus telah mengubah kita menjadi pribadi yang tangguh dan tidak gentar dalam menghadapi ketakutan paling mencekam sekalipun? Menjadi saksi Yesus yang baik adalah ketika kita bersaksi melalui sikap hidup kita bahwa ketika kita jatuh terpuruk sekalipun kita tetap mampu bangkit dan berdiri teguh dan tetap berpengharapan kepada Yesus Kristus yang telah bangkit dan menang melawan maut.

 

Nefesy Larasati Yoganingrat