Mendengarkan Teguran, Memperoleh Akal Budi

Rabu, 15 Mei 2024 oleh Pnt. Novia Abigail Christina

Novia Abigail Christina lahir di Bandung, 9 November 1995 tapi keluarga tinggal di Cimahi. Saat Abi (begitu saya memanggilnya) berusia sekitar 3 tahun pada 1998, bersama keluarga hijrah ke Tangerang dan berjemaat di GKI Sutopo Pos Jemaat Griya Merpati Mas (Saat ini GKI Griya Merpati Mas). 
Abi yang menyelesaikan studi di STFT tahun 2018 mengikuti proses kependetaan seperti diatur oleh Tager-Talak GKI. Kata orang Tangerang kalau sudah minum air Cisadane, maka akan kembali lagi ke Tangerang. Dan ternyata benar setelah kuliah praktik di beberapa wilayah di Indonesia, pada 2021 kembali ke "Ibu" yaitu GKI Sutopo Tangerang. 

Abi diteguhkan ke dalam jabatan Penatua tanggal 20 Februari 2022. Ia telah menjalani Percakapan Gerejawi dalam PMK GKI Klasis Banten tanggal 11 November 2023 dan dinyatakan layak untuk dilanjutkan proses kependetaannya. Dengar-dengar sih tanggal 3 Juni 2024 mendatang Abi akan ditahbiskan. Kita turut mendoakan terlaksananya rencana yang baik ini.

Ini salah satu pengalaman yang Abi bagikan pada kita. ”Sekitar tahun 2017, saya mendapatkan untuk praktek semasa kuliah; saat itu disebut dengan collegium pastorale. Saya mendapatkan tempat di Desa Tonom, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Daerah yang belum pernah dengar sebelumnya. Saya sempat mencarinya di mbah Google, dengan kata kunci "Bolaang Mongondow" lalu muncullah beberapa foto pantai yang indah.
Saya berpikir ah pasti saya bisa main pantai setiap hari. Setibanya saya disana, ternyata tebakan saya salah. Desa Tonom bukanlah daerah pesisir, tetapi dataran yang lebih dekat dengan sungai, hutan, dan perkebunan. Awal saya disana saya langsung menangis di kamar mandi (karena tidak enak kalau menangis di kamar bisa dilihat jemaat). Hal ini dikarenakan perbedaan budaya, bahasa yang berbeda, pengalaman saya harus belajar makan pedas, dan juga makan-makanan yang ekstrim. Selama disana saya sudah pernah makan beberapa makanan yang belum pernah saya makan, seperti ular, tikus, dan kucing hutan.

Saya mengawali dengan perasaan sedih, dan hingga akhir praktek selama 3 bulan saya pun masih tetap menangis. Namun kali ini tangis yang berbeda, tangis saya karena berat meninggalkan jemaat disana. Tempat yang tidak pernah saya bayangkan, malah berubah menjadi tempat yang saya rindukan. Disana saya belajar tentang adaptasi dengan yang berbeda dan melihat ungkapan syukur jemaat kepada gereja di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Saya bersyukur Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk datang ke sana. Siapa tahu kita di GKI kapan-kapan bisa pelayanan bersama ke daerah sana, mereka pasti senang.”

Novia Abigail Christina menyapa kita dalam SG-GKI hari Rabu 15 Mei 2024. (Bahan intro dr catatan Abi, disunting oleh Ronny N., video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)