Berawal sebagai pos KPK yang dikembangkan oleh GKI Pinangsia alias GKI Gloria pada tanggal 16 Juni 1996. Menjadi Bajem tanggal 17 Oktober 1999. Enam tahun kemudian, pada tanggal dan bulan yang sama GKI Gloria Bajem Citra Raya dilembagakan sebagai Jemaat (17 Oktober 2005). GKI Citra Raya berlokasi di perumahan Citra Raya, Cikupa-Tangerang. Trade mark jemaat-jemaat di lingkungan GKI Klasis Priangan boleh dikatakan adalah : etnis Tionghoa dan bahasa Mandarin. Nah GKI Citra Raya sekalipun merupakan salah satu jemaat di lingkungan GKI Klasis Priangan namun anggota jemaatnya terdiri dari beragam suku. Walaupun demikian, keragaman ini tidak menghalangi GKI Citra Raya untuk tetap mempertahankan kekhasannya sebagai Jemaat di lingkungan GKI Klasis Priangan, terbukti dengan tetap mengadakan persekutuan berbahasa mandarin dan mengadakan les bahasa mandarin untuk anak-anak.
Pada tahun yang sama dengan pelembagaan GKI Citra Raya, yaitu tahun 2005, Samuel Wiratama yang dilahirkan di Pontianak tahun 1968 ditahbiskan ke dalam jabatan pelayanan selaku pendeta. Pdt. Samuel W. menempuh pendidikan teologi di STT Iman-Jakarta (S.Th) dan STT Bandung (M.Th). Ia menikah dengan Lina Arifin dan mereka dianugerahi dua orang anak: Christopher Hardian dan Charissa Christa Hardiani. Pdt. Samuel Wiratama melayani di GKI Citra Raya sampai sekarang ini.
Pdt. Samuel berbagi pengalaman: ”Suatu pagi, saya ditelepon oleh seorang anggota jemaat yang mengabarkan bahwa suami sedang sakit cukup parah. Mendengar kabar seperti itu, saya sontak menjawab bahwa saya akan segera ke rumahnya. Lalu saya segera berangkat ditemani oleh seorang rekan dengan mengendarai motor mengingat jalan di daerah tersebut rusak parah. Sesampai di rumah anggota jemaat tersebut, saya agak heran karena melihat yang dikabari sakit tersebut sedang duduk di pekarangan rumahnya sambil minum kopi.
Dengan polos, saya bertanya, “Katanya bapak sakit cukup parah?” Dengan santai ia menjawab, “Kemarin-kemarin memang sakit, tapi cuma sakit pilek saja dan ini pun sudah sembuh”. Dia melanjutkan,”Ayo pak, kita minum kopi bersama.” Mendengar jawabannya, saya saling menatap dengan sang rekan yang menemani saya. Kemudian kami duduk bersama. Setelah kami duduk, jemaat tersebut berkata demikian lagi, “Sudah beberapa bulan tidak ketemu bapak. Pengen ngobrol.” Waduh, cuma kangen saja. Kalau memang kangen, mengapa mengabari sakit?”
Jadi, kesimpulannya: kalau ada anggota Jemaat memberi kabar bhw anggota keluarganya sedang sakit perlu ditanya dulu: Ini beneran sakit atau cuma kangen…….
Mari sambut sapaan Pdt. Samuel Wiratama dalam SG-GKI hari Jumat 28 Juni 2024. (Awalan dari catatan terdahulu, sharing Pdt.Samuel W. disunting sedikit oleh Ronny N., video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)