Kalau dari angka tanggal minus tahun, dia dilahirkan sehari sesudah saya. Tapi kalau dilihat dari tahunnya maka dia lebih muda 14 tahun ketimbang saya. Pdt. Yosias Nugroho dilahirkan tanggal 26 Oktober 1975 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dalam keluarga pasutri Riginoto Widjaja dan Lili. Yosias yang alumnus STT Jakarta ini ditahbiskan ke dalam jabatan pendeta di GKI Serpong tanggal 19 Maret 2003 bersama dengan rekannya, Agus Wijaya. Sampai sekarang mereka masih melayani di sana.
Pdt. Yosias berbagi cerita sebagai berikut: ”Dalam sebuah kesempatan Pertukaran Pengkhotbah pada HUT GKI di minggu ke-4 Agustus, saya dijadwalkan memimpin ibadah di GKI Pekanbaru. GKI Pekanbaru merupakan bagian dari Klasis Priangan, yang ibadahnya ada yang menggunakan Bahasa Mandarin. Karena tidak bisa berbahasa Mandarin - walaupun bermata sangat tipikal orang Mandarin - maka saya diminta menyertakan khotbah saya agar dapat dipelajari oleh penerjemah pada hari Minggu pas saya berkhotbah.
Ini pengalaman pertama kali memimpin ibadah dalam dua bahasa. Jadi saya banyak bertanya supaya tidak mengakibatkan chaos saat menjalankannya. Waktu menyampaikan khotbah - (untungnya), itu merupakan satu-satunya bagian yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin - saya berkali-kali mengalami kekikukan. Betapa tidak? Setelah menyampaikan satu bagian khotbah, penerjemahnya mengatakan, "Jangan terlalu panjang ngomongnya. Nanti penerjemahnya kesulitan mengikuti kalimat-kalimat yang disampaikan.”
Jadi, akhirnya saya mengucapkan satu dua kalimat lalu berhenti dan memberi kesempatan pada sang penerjemah melakukan tugasnya. Akan tetapi dalam beberapa momen terlihat sang penerjemah memotong kalimat saya karena begitu banyaknya anak kalimat yang saya pakai. Berhubung kalimat itu tidak semuanya tercatat dalam catatan khotbah saya, maka saya kebingungan melanjutkan khotbah. Tadi sampai di mana ya? Lalu seakan memprotes sang penerjemah, saya menatapnya dalam-dalam, seperti mau mengatakan, "jangan main potong dong. Kan bingung saya sekarang..." Kelihatannya mendapat kode semacam itu dia mengerti. Lantas selanjutnya dia lebih sabar menunggu saya berbicara. Namun sedemikian sabarnya ia menunggu, terciptalah momen aneh berikutnya, yakni saling diam-diaman, karena saya sudah selesai bicara, sementara dia mengira saya masih akan bicara. Jadi dia diam saja. Saya menatapnya kembali, seakan mau bilang, "Ayo bicara. Sekarang giliranmu." Namun kelihatannya dia tidak mengerti. Jadi dia menatap saya balik dan kamipun bertatapan.
Umat yang menyaksikan pemandangan itu sontak tertawa karena biasanya peristiwa misunderstanding bikin orang tergelitik. Apalagi kejadiannya bukan sekali dua kali saja. Kayak gak kapok-kapok ...”
Pdt. Yosias Nugroho kembali menemani kita dalam SG-GKI hari Selasa 2 Juli 2024. (Bahan intro dr cerita Pdt. Yosias, awalan dan akhiran oleh Ronny N, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)