Sapaan Gembala - Tuhan Menjadikan Kita Penolong

Jum'at, 09 Agustus 2024 oleh Pdt. Yohanes I. Tuwaidan

GKI Kwitang pada tahun 1972 menghasilkan keputusan, bahwa kelompok Kristen Palsigunung dijadikan Pos Pekabaran Injil GKI Kwitang, Jakarta. Perkembangan yang menggembirakan di atas ternyata ditandingi dengan sikap antipati masyarakat Palsigunung.  Meskipun demikian, kelompok Kristen tersebut tidak menyurutkan semangat mereka. Hal ini nyata dengan dibelinya sebidang tanah di bantaran Kali Barus seluas 220 m2, dengan rumah di atasnya, yang pada masa itu dikenal sebagai ‘rumah hantu’ dengan harga Rp. 375.000,-. Kini, berubahlah rumah itu menjadi ‘rumah Tuhan’, karena dihuni oleh anak-anak Tuhan yang beribadah kepada-Nya. Ternyata, masyarakat Palsigunung tidak menginginkan hal itu, sampai-sampai mereka mengirim tinja manusia ke ruangan kebaktian tersebut. Untuk mengatasi sikap yang tidak simpatik ini, Bpk. Soemartono Patriabara menempati rumah ini dan melakukan pendekatan kepada para anggota masyarakat. Lambat laun, tindakan ini membawa hasil, sehingga keluarga Bpk. Soemartono maupun anggota jemaat pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat. Menjelang Paskah bulan April 1974 Bpk. Soemartono mengalami kecelakaan lalu lintas.  Enam bulan setelah itu, Bpk. Soemartono sembuh dari luka akibat kecelakaan dan kemudian memutuskan studi di STT Jakarta pada tahun 1976.

Pada periode berikutnya, status jemaat ini ditingkatkan menjadi Cabang Kwitang _(sekarang istilah kini bakal jemaat) dan jemaat ini membangun jembatan bambu di atas tanah hibahan dari Ibu Lauw Sam Nio, yang menghubungkan kampung dengan jalan raya. Dengan tindakan ini, masyarakat makin mengenal jemaat GKI Palsigunung. Ketika dirasa telah cukup, maka didewasakanlah jemaat ini pada tanggal 17 Agustus 1979. Untuk kedua kalinya, pada tahun 1981, Bpk. Soemartono mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengganggu penglihatannya. Hal ini tidak  mengurangi niatnya untuk melayani pekerjaan Tuhan.  Setelah melalui tahap aplikasi di Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta, beliau kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 26 Juli 1982.  Selanjutnya, jemaat berhasil membeli sebidang tanah Pengarengan, yang kemudian dikenal dengan nama Taman Duta.  Di sanalah akhirnya sarana tempat ibadah GKI Palsigunung berdiri.

Yang akan menyapa kita dalam SG-GKI hari Jumat, 9 Agustus 2024 adalah Pdt. Johanes Imanuel Tuwaidan. Pdt Johanes berbagi pengalaman dengan kita: ”Saya dinyatakan terkena Sakit Lupus tahun 2020. Lupus belum ada obatnya. Mulai dari sinilah saya benar merasakan indahnya bergantung pada TUHAN, (bukan lagi pada obat). Pola hidup & pola makan saya berubah. Berat badan saya turun 25 kg. Sekarang sudah mulai stabil. Sekarang waktu saya, hanya untuk pelayanan gereja, keluarga, dan kontrol di RS. Semakin saya melayani, saya merasa semakin sehat.”

(Bahan intro dr artikel Sejarah Singkat GKI Palsigunung dlm situs gkiswjateng,, catatan Pdt.Johanes, disunting oleh Ronny N,  video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)