Rekan sepelayanan saya di GKI Gading Indah ini bernama Sthira Budhi Purwosuwito. Dia dilahirkan di Surabaya Maret 1979. Alumnus STT Jakarta ini menjalani proses kependetaan di GKI Gading Indah. Diteguhkan sebagai Penatua tanggal19 Desember 2004 dan ditahbiskan tanggal18 September 2006. Kalau membaca nama keluarga “Purwosuwito”, mungkin ada yang bertanya pernah apa dengan alm. boksu The Tjiauw Bian (J. Purwosuwito)? Pdt. Sthira adalah cucu alm. boksu The Tjiauw Bian.
Pdt.Sthira berbagi cerita: ”Sekali lagi soal nama. Nama saya barangkali tergolong “tidak pasaran”, apalagi di kalangan pendeta GKI. Kalau teman-teman pendeta banyak yang menggunakan nama-nama Alkitabiah (Natan, Markus, Daniel, Samuel, dst), nama saya malah sama sekali tidak “berbau” Alkitabiah atau tradisi Kristiani. Kalau Anda iseng memasukkan nama saya ke mesin pencari Google, mungkin yang akan muncul malah laman-laman tentang olahraga Yoga atau meditasi. Karena nama saya, “Sthira Budhi” memang merupakan “buah” kreativitas alm. ayah saya, yang setelah saya lahir konon buru-buru ke toko buku mencari ide untuk nama anaknya. Ketika ia menemukan sebuah kamus bahasa Sansekerta (Sanskrit), dan menemukan sebuah kata “Sthirabuddhi” (aslinya disambung) yang berarti “Berhati Teguh”. Maka kata itulah yang dengan sedikit modifikasi kemudian dipilih menjadi nama saya. Karenanya nama saya menjadi agak unik dan sukar dicari kembarannya di Indonesia.
Namun efek lainnya juga membuat nama saya barangkali lebih sukar dibaca, disebutkan atau diingat. Satu waktu saya pernah melayankan firman di sebuah Jemaat. Di konsistori, saya dan para penatua sudah siap untuk berdoa, namun penatua yang bertugas memimpin belum juga datang. Tak berapa lama ia datang tergopoh-gopoh dan karena waktu sudah mepet dengan jam kebaktian, segera doa dilakukan. Rekannya mengingatkan “Ini bapak pendeta Sthira yang akan melayankan firman”, si penatua itu mengangguk dan segera memimpin doa. Ketika tiba pada kata-kata “ Kami berdoa untuk bapak pendeta …. bapak pendeta …. “, saya langsung tahu bahwa ia lupa nama saya. Tapi saya mendengar juga suara lirih “pendeta Sthira Budhi”, rupanya rekan penatua yang tadi membisikkan nama saya kepada si pendoa tersebut. Tapi barangkali karena nama saya agak susah diucapkan, penatua yang memimpin doa itu nampak terbata-bata mengucapkannya “Bapak Pendeta Sira, Tira…”. Kembali rekannya membisiki “pendeta Sthira Budhi”.. Akhirnya Penatua yang memimpin doa itu berkata “Ya, berkatilah Bapak Pendeta yang itu Tuhan…”
Mari sambut sapaan pendeta yg namanya bukan nama pasaran ini, Pdt. Sthira Budhi Purwosuwito dlm SG-GKI hari Selasa 20 Agustus 2024. (Bahan intro dr catatan Pdt. Sthira, awalan oleh Ronny N, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)