Pribadi yang Memiliki Integritas

Minggu, 05 November 2023 oleh Pdt. Fo Era Era Gea

PRIBADI YANG MEMILIKI INTEGRITAS

Matius 23:1-12;  Mikha 3:5-12; 1 Tesalonika 2:9-13

 

                “Ikan arwana, ikan gabus. Direndam dulu baru direbus. Agar pembangunan gereja berjalan terus. Pinjam dulu seratus.” Belakang ini menjadi viral pantun mengenai “pinjam dulu seratus”. Saking viralnya sampai Pak Jokowi dalam salah satu pidatonya ikutan menggunakan pantun ini. Terlihat kocak (baca: lucu) sekaligus menghibur. Namun, sebenarnya ini adalah kegelisahan sejuta umat. Sebab banyak orang yang dengan gampangnya pinjam uang seratus ribu, namun sulit untuk mengembalikannya. Entah karena memang lupa atau pura-pura lupa. Celakanya lagi orang yang meminjam justru malah marah ketika diminta untuk mengembalikan uangnya.  

               Apa yang terjadi dengan fenomena tersebut memperlihatkan kemerosotan integritas. Masih banyak orang yang tidak konsisten antara kata dan perbuatan. Apa yang diucapkan menjadi sangat berbeda dengan yang dilakukan. Hal inilah yang kemudian terjadi pada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di dalam bacaan Injil Matius 23:1-12. Yesus dengan tegas berujar, “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat. 23:3). Mereka hanya bisa membebani orang dengan segudang peraturan, namun tidak mau untuk menyentuhnya. Semua itu dilakukan hanya agar semua orang melihat dan memberikan penghormatan kepada mereka. Kecaman yang Yesus lakukan ini menunjukan kepada kita bahwa persoalan integritas terjadi di kalangan para pemuka agama di zaman itu. Bahkan jauh sebelum zaman Yesus, persoalan integritas juga terjadi pada zaman Nabi Mikha. Nabi-nabi yang seharusnya menjadi sosok yang membimbing umat kepada Allah, malah berjalan di dalam kesesatan. Sikap semacam inilah yang pada akhirnya mendatangkan kemarahan Allah (Mikha 3:5-12).

               Di tengah keadaan semacam inilah Yesus mengajarkan kepada para murid (termasuk kita) untuk menjadi pribadi yang berintegritas, yakni adanya kesatuan antara kata dan perbuatan. Hal ini bisa terjadi ketika kita bersedia melakukan ajaran yang bersumber pada Allah sebagaimana Yesus katakan “…turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan…” (Mat. 23:3). Kedua, milikilah motivasi yang benar. Kita melakukan apa yang diajarkan Tuhan karena memang Tuhan ingin kita melakukannya dan bukan untuk ajang memamerkan kesalehan. Terakhir adalah belajar konsisten. Konsistensi kita melakukan apa yang Tuhan ajarkan bisa dilihat apakah kita masih tetap melakukan ajaran tersebut ketika tidak ada orang yang melihat dan memberikan pujian? Dalam perjalanan memberitakan Injil Allah, Rasul Paulus berhasil membuktikan integritasnya sebagai pemberita Injil. Kala Paulus mendapatkan hinaan, ia tetap melakukan pekerjaan memberitakan Injil dengan segala usaha dan jerih lelah yang dilakukan (1 Tesalonika 2:9-12).

Sebagaimana integritas Paulus diuji, integritas kita sebagai pengikut Kristus pun pada akhirnya akan diuji. Berjuanglah menjadi pribadi yang berintegritas. Kalau saudara pinjam seratus, maka kembalikanlah seratus! Kalau tidak bisa kembalikan jangan pinjam seratus! Trus kalau masih ngotot pengen seratus tetapi tidak mau mengembalikan harus bagaimana? Yaaa, bilang saja “minta seratus”, dan siap-siap dibalas dengan penuh KETUS!!!