Sapaan Gembala - Ziarah Kehidupan

Jum'at, 13 Desember 2024 oleh Pdt. Debora Vivi Martining Astuti

Bobotsari adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pada tahun 1943 ada beberapa orang keturunan Tionghoa yang dibaptis di Gereja Kristen Jawa Bobotsari yakni Bapak/Ibu Tan Hok Kwan dengan 3 orang anggota keluarga Tjhie Kwat Gwan dan Thio Tjong Hian. Mereka menjadi bagian kelompok Bobotsari, dekat tugu Lancip Karang­gandul. Karena meletus peperangan pada tahun 1948, maka kelompok Bobotsari mengungsi ke daerah yang aman, praktis kegiatan ibadah di dekat Tugu Lancip terhenti. Ternyata 5 orang dari kelompok Bobotsari itu mengungsi ke kota Purba­lingga (sekitar 12 km dr Bobotsari) dan diterima sebagai anggota jemaat di THKTKH Purbalingga. 

Setelah situasinya aman pada tahun 1950, jemaat THKTKH Purbaling­ga melakukan pemberitaan Injil ke daerah Bobotsari. Kegiatan itu diselenggarakan setiap hari Jumat di rumah keluarga Sdr. Sie Pek Siang dan Sdr. Wahyo (anggota jemaat GKJ), kemudian pindah ke rumah keluarga Sdr. Go Tek Liong. Bertur­ut-turut terjadi pembaptisan: 1953, 9 orang; 1969, 3 orang; 1970, 2 orang. Memang penambahan anggota jemaat sangat lambat jika dibandingkan dengan daerah lain, praktis hingga tahun 1971 baru 16 orang dibaptis. Kendati jumlah anggotanya sedikit, namun GKI Purbalingga cabang Bobotsari ini penuh semangat untuk maju. Terbuk­ti, jemaat ini mampu membeli sebidang tanah dengan luas 853 m2 dan membangun gedung gereja di atasnya. Peresmian penggunaannya terlaksana pada tanggal 27 Juli 1977, menyusul kemudian dibangun pula pastori. Akhirnya tanggal 25 Oktober 1994 Bajem Bobotsari didewasakan menjadi Jemaat GKI Bobotsari. 

GKI Bobotsari terus bertumbuh dalam pelayanan bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi terus berusaha melayani dan berkiprah dalam kehidupan bemasyarakat. Yang akan menemani kita dalam SG-GKI hari Jumat, 13 Desember 2024 adalah Pdt. Debora Vivi Martining Astuti dr GKI Bobotsari yang ditahbiskan di sana pada tahun 2010. Pdt Debora Vivi adalah seorang pendeta dan ibu yang bahagia, selalu tersenyum dan gembira, sebab ia menjalani Filipi 4 :13 firman yang menjadi motto hidupnya "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
Kalau Anda ke Bobotsari, Anda akan diajak menikmati gulai melung, buntil, sate blater, tentu saja mendoan dkk.

(Pengantar dari catatan terdahulu yg disunting oleh Ronny N, plus catatan sangat singkat dari Pdt. Debora, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)