Sapaan Gembala - Lebih dari Pemenang

Jum'at, 28 Februari 2025 oleh Pdt. Hamzah

Kalau sahabat mendengar nama GKI Diponegoro, Anda segera membayangkan kota apa? Kemungkinan besar sebagian segera teringat kota Surabaya. Ngga salah juga, di Surabaya memang ada GKI Diponegoro. Tapi hari ini berkenalan dengan GKI Diponegoro yang ada di kota Magelang (kalau di kota Serang ada dua Jemaat GKI, kemungkinan bertambah satu lagi yang pakai nama Diponegoro sesuai nama jalan)

Jemaat GKI Magelang (sekarang GKI Pajajaran-Magelang) sebagai kelanjutan dari Hoa Kiauw Kie Tok Kauw Hwee Magelang pada tahun 1962 membentuk Panitia Kebaktian Kuo Yu (Mandarin) guna memenuhi kebutuhan pelayanan bagi saudara-saudara yang berbahasa Kuo Yu (Mandarin) yang sempat terhenti beberapa tahun sebelumnya. Pelayanan ini berkelanjutan, baik dlm bentuk kebaktian setiap hari Minggu petang, pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu, paduan suara, pemuda/pemudi, maupun kegiatan lain yang bersifat insidental. Bertahun-tahun kegiatan ini beriringan dengan kegiatan GKI Magelang pada umumnya. Status panitia pun ditingkatkan menjadi Komisi Pelayanan Kebaktian dalam Bahasa Kuo Yu. 

Dalam perkembangannya, dirasakan adanya kebutuhan pos yang baru, sehingga dibelilah bangunan dan tanah seluas kurang lebih 475 m2 di Jl. P. Diponegoro 57, Magelang. Sejak tanggal 17 September 1998, rumah ini dipakai untuk melayani anak-anak Sekolah Minggu, Pemahaman Alkitab dan kegiatan persekutuan. Baru per tanggal 4 Juli 1999 diselenggarakan kebaktian perdana dengan perayaan Perjamuan Kudus pada pukul 07.30. Kebaktian khusus dalam bahasa Mandarin, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terlaksana pada tanggal 2 April 2000. Dengan demikian, sejak tanggal tersebut pelayanan dalam bahasa Mandarin di GKI Pajajaran, yang telah berlangsung selama 40 tahun, ditiadakan.

Pos ini terus berkembang. Tanggal 19 November 2000, diresmikan sebagai Bajem. Dalam tempo sekitar 1 tahun 3 bulan didewasakan sebagai Jemaat. Lahirlah Jemaat GKI Diponegoro-Magelang. Sampai sekarang GKI Diponegoro-Magelang adalah salah satu dari sedikit Jemaat di lingkungan GKI SW Jateng yang masih menyelenggarakan kebaktian berbahasa Mandarin (dalam kebaktian 1). Bahkan sekarang ini adalah satu-satunya Jemaat GKI SinWil Jateng yang menyelenggarakan kebaktian berbahasa Mandarin. 

Pdt Hamzah Oei yang akan menemani kita dalam SG-GKI hari Jumat, 28 Februari 2025 adalah pendeta GKI Diponegoro-Magelang. Dia alumnus STT SAAT (S1) dan Program Pasca Sarjana Fak Teologi UKDW (S2). Pdt. Hamzah menikah dengan Esther Kusuma, dikarunia 3 orang anak: Whitney Wayne Winata, Winnie Wisely Winata, dan Watson Waiz Winata.

Ini sharing pengalaman Pdt.Hamzah: ”Suatu saat saya mendapatkan undangan pelayanan Natal Remaja di sebuah Jemaat di Semarang. Setelah mengkalkulasi jarak dan waktu, saya pun berangkat dengan penuh sukacita. Sesampainya di daerah Jambu (satu daerah sebelum Ambarawa), ban bocor akibat paku besar, dan cuaca sangat tidak bersahabat, hujan sangat deras.  Kutelepon panitia untuk menjelaskan situasi saya dan mereka memaklumi hal tersebut.

Kucarilah bengkel terdekat dan menemukan bengkel itu sekitar 30 menit kemudian. Basah kuyuplah baju pendeta saya dan yang paling mendebarkan adalah telat tiba ditujuan. Setelah ban selesai ditambal, berangkatlah saya dengan hati gundah gulana dan acara tertunda hampir sejam, menunggu kedatangan saya. Dengan tergopoh-gopoh, plus basah kuyup saya masuk dan melayani mereka.

Pelajaran yang menarik yang dapat saya petik adalah, 1. jangan terlalu mepet waktu, sebab bisa jadi ada hal tak terduga di jalan. 2. Kalau musim hujan jangan lupa bawa payung dan baju ganti. 3. Manusia berencana, Allah yang menentukan (sekalipun paku berusaha mengintervensi).” 

 (Riwayat singkat Jemaat dr catatan terdahulu yang disunting oleh Ronny N, sharing Pdt. Hamzah, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)