Sekitar tahun 1890, Badan Pekabaran Injil Jerman, ‘Neukirchener Missionhaus’, mengutus utusannya ke Hindia Belanda dan melakukan peberitaan Injil di Jawa Tengah Utara hingga Jawa Timur, yang meliputi kota Tegal hingga Bojonegoro. karena kantor pusatnya di Salatiga, mka dikenallah mereka dengan sebutan ‘Salatiga Zending’. pada tahun 1891, datang utusan Salatiga Zending ke Blora dan melakukan Pekabaran Injil dengan mendirikan balai pengobatan dan sekolah (bentuk pekabaran injil ini, masih dilanjutkan oleh GKI Blora dengan diwujudkannya Yayasan SION bidang pendidikan yang menaungi TK, SD, SMP Sion Blora).
Tahun 1937, orang Kristen Tionghoa mendirikan persekutuan sendiri yang dilayani Guru Injil Tjioe Wie Poa. Pada tanggal 23 Februari 1937 itulah berdiri gereja Pasamoean Kristen Tionghoa Ressort Blora, yang menjadi cikal bakal GKI Blora. Tak berselang lama, nama Pasamoean Kristen Tionghoa Ressort Blora, berubah menjadi Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee. Pergantian nama ini terjadi karena penggabungan beberapa gereja di Jawa Tengah menjadi dua Klasis dan satu Sinode.
Masa antara tahun 1940 / 1950 adalah masa-masa sulit pertumbuhan Jemaat, karena terjadi peperangan sehingga mengganggu aktifitas kebaktian. Namun Jemaat Tuhan ini tetap ada dan dipimpin Tuhan. Pada tahun 1956 nama Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee berubah lagi menjadi Gereja Kristen Indonesia (GKI) Blora. Setahun kemudian, mulai tanggal 10 Juni 1957, GKI Blora mulai melakukan kegiatan gerejawi di gedung Gereja, Jl, Dr. Sutomo 18A-Blora, yang kemudian menjadi pusat seluruh aktifitas gerejawi sampai sekarang. Kiranya GKI Blora terus berkarya sepanjang masa, sampai Tuhan datang kembali.
Kalau Anda ke Blora, jangan lupa janjian dengan Pdt.Vania Natasha yang akan menemani kita dalam SG-GKI Rabu 12 Maret 2025 untuk nyicipi: Soto Klethuk, Pecel Pincuk, Sego Kobong, Sate Khas Blora dkk. (Pengantar ini dari catatan Pdt. Vania terdahulu, dikotak-katik sedikit oleh Ronny N., video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dari kantor Sinode GKI)