Kisah perjalanan GKI Karangsaru boleh dikatakan dimulai dengan datangnya sebuah badan misi Perkabaran Injil dari Jerman ke pesisir Jawa bagian utara pada akhir abad 19. Badan misi itu, “Neukirchener Mission Hause” atau lebih dikenal dengan nama Salatiga Zending. Di Semarang badan misi ini kemudian mendirikan sebuah gereja, Zendingkerk, yang terletak di jalan Mlatentiangwi 27 (sekarang jalan Dr. Cipto 27, dan gereja tersebut sekarang digunakan oleh GKJ TU Semarang ). Walaupun semula kebaktian di Zendingkerk hanya ditujukan untuk melayani penduduk pribumi yang telah percaya kepada Kristus di kota Semarang, tapi kemudian bergabung juga mereka yang berasal dari suku-suku lain, seperti Manado, Ambon, Batak, termasuk Tionghoa, yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar sehari-hari mereka.
Ada seorang pemuda yang setia ikut dalam kebaktian dan pelayanan yang diadakan oleh Zendingkerk. Pemuda itu bernama S.H.Liem ( Liem Siok Hie). Pemuda ini memiliki cita-cita yang aneh untuk kalangan Tionghoa saat itu, yaitu menjadi Pekabar Injil. Dia mengikuti pendidikan di Sekolah Alkitab Zending. Lalu tanggal 6 Juni 1920, S.H.Liem diteguhkan sebagai “Lerend Ouderling” (Tua-Tua Pengajar). Tanggal 15 Desember 1931, S.H.Liem dibantu oleh Then Djin Soey, memprakarsai berdirinya “Perhimpunan Umat Kristen Tionghoa”, sebuah organisasi yang bertujuan sebagai wadah untuk mengumpulkan dan melakukan pembinaan rohani untuk orang-orang Tionghoa Kristen yang ada di kota Semarang. Perkumpulan inilah yang nantinya menjadi cikal bakal lahirnya jemaat GKI Karangsaru Semarang.
Selain mengadakan Persekutuan Doa di Plampitan (rumah S.H.Liem), perkumpulan juga meminta kepada Salatiga Zending untuk diperbolehkan mengadakan kebaktian umum tersendiri pada hari Minggu, khusus untuk mereka yang berasal dr kalangan Tionghoa. Usulan ini kemudian disetujui oleh Salatiga Zending, dan kebaktian pertama diadakan pada tanggal 15 Februari 1934 jam 10 pagi di gedung Gereja Zendingkerk. Akhirnya, Salatiga Zending memutuskan untuk mendewasakan bakal jemaat Kristen Tionghoa Semarang pada kebaktian khusus tanggal 7 April 1935 di gereja Zendingkerk. Dalam kebaktian pendewasaan itu dilakukan juga pentahbisan Pendeta yang pertama atas diri Ds. Liem Siok Hie serta peneguhan anggota Majelis Jemaat yang pertama. Peresmian berdirinya jemaat baru itu juga ditandai secara simbolik penyerahan 51 anggota keturunan Tionghoa (11 pria, 40 wanita ) dan 18 anggota baptisan (12 pria, 6 wanita ) dari Salatiga Zending kepada Ketua Perhimpunan Umat Kristen Tionghoa Semarang. Sebagai jemaat baru yang resmi diberi nama: Gereja Kristen “Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee” Semarang.
Sesuai dengan keputusan Sidang synode GKI Jawa Tengah ke-6 di Purwokerto (17-20 September 1956), maka akhirnya sejak tanggal 1 Me1 1957 nama Gereja Kristen “THKTKH” Semarang diganti menjadi Gereja Kristen Indonesia (GKI) Semarang Karangsaru. SELAMAT pada GKI Karangsaru yang baru merayakan HUT ke-90 tahun di 7 April 2025. Sebuah perjalanan pelayanan yang penuh anugerah dari Tuhan. Kabar gembira dalam rangka ini, GKI Karangsaru akan menerima kunjungan rombongan cucu John Sung di bulan Mei 2025.
SG-GKI hari Kamis 10 April 2025 akan dilayankan oleh Pdt. Utomo yg ditahbiskan sebagai Pendeta GKI dengan basis pelayanan GKI Karangsaru pada tanggal 20 Juni 2016. (Pengantar dari dokumen “Sejarah GKI Karangsaru, diringkas oleh Ronny N., update terakhir dari Pdt.Utomo, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dari kantor Sinode GKI)