Namanya unik, semula saya pikir Priscella, ternyata Pri Selia. Ia dilahirkan sebagai anak tunggal dari pasutri Sugeng Jati Purwanto dan Karyati pada tanggal 22 Juni 1995 di Jakarta. Ketika Prisel atau Pris (begitu biasa dia dipanggil) belum genap berusia dua tahun, ibunda terkasih berpulang. Sejak saat itu Pris hidup dan dibesarkan oleh ayahanda terkasih. Pris besar di Tanggamus, Lampung. Dia bertumbuh sebagai anggota GKI Tanggamus tempat di mana ayahnya aktif melayani, bolak-balik menjadi Penatua di Jemaat ini.
Ketika Pris ada di semester 5 STFT Jakarta terjadi peristiwa yang sangat memukulnya. Hampir-hampir dia memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya. Tahun 2016 itu Pak Sugeng, ayah Pris, berpulang setelah bergumul dengan diabet yabg akhirnya mengakibatkan gagal ginjal. Dengan pertolongan Tuhan lah akhirnya Pris dapat menyelesaikan studi pada tahun 2018. Setelah menempuh PPK 1 dan 2, Pris mulai memasuki Tahap Perkenalan di GKI Kwitang per Maret 2020. Melalui peneguhannya ke dalam jabatan Penatua pada bulan April 2021 Pris mulai menjalani Tahap Orientasi di GKI Kwitang. Tanggal 18 Maret 2024 Pris ditahbiskan sebagai pendeta GKI dengan basis pelayanan Jemaat GKI Kwitang.
Pdt. Pris punya pengalaman unik karena urusan namanya. ”Akhir-akhir ini saya sering disapa "pak Pri" oleh simpatisan yang menghubungi (by chat WA) untuk percakapan sebelum pernikahan, dan saat bertatap muka baru ketahuan kalau saya perempuan...”
Pdt. Pri Selia Damayanti dari GKI Kwitang kembali menemani kita dalam SG-GKI hari Senin 30 Juni 2025. (Pengantar dari catatan terdahulu yang disunting oleh Ronny N., sharing singkat Pdt.Pris, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dari kantor Sinode GKI)