Sapaan Gembala - Kasih Yang Berdampak

Jum'at, 07 November 2025 oleh Pdt. Virgo Tri Septo Anggoro

Kalau sahabat mendengar nama Kota Madiun apa yang pertama kali terlintas dalam benak Anda? Kalau saya segera ingat pecel. Tapi kisah kita bukan soal pecel. 

Tercatat kisahnya berawal tahun 1942 di kota Madiun. Seorang perantau dari Tiongkok bernama Hie Kok Liong menyediakan tempat di rumahnya sebagai tempat penyelenggaraan Bidston dan Kebaktian Minggu yang dilayani oleh Pdt. Kolintama Johanes. Persekutuan ini berkembang menjadi “GEREDJA PINKSTER GEMEENTE JEROESALIM ROHANI (KIE TOK KAUW HWEE)”. Akhir tahun 1944 ibadah gereja menjadi makin bercorak kharismatik. Hal ini membuat Hie Kok Liong dan rekan-rekan yang menentang cara ibadah seperti ini meminta Pendeta K. Johanes untuk menghentikan cara-cara ini, namun Pendeta K. Johanes tidak mau. Akhirnya tidak terhindarkan adanya perpecahan gereja. Pendeta K. Johanes diminta mengundurkan diri sehingga gereja menjadi tidak berpendeta. 

Tetangga Hie Kok Liong menawarkan agar saudaranya, seorang pendeta yang sudah pensiun yang tinggal di Ngerong – Magetan untuk membantu pelayanan gereja, yaitu Pdt. Oei Soei Tiong yang saat itu usianya hampir 70 tahun. Bulan Juni 1945 Pdt.Oei Soei Tiong mulai melayani serta melakukan penataan dan perombakan gereja, antara lain : Nama gereja diganti menjadi Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) dengan warna ajaran yang beraliran Protestan Reformasi;  pengadaan Buku Induk Anggota Gereja (Stamboek) yang mencatat keanggotaan gereja.
Namun baru 9 bulan melayani, beliau meninggal dunia. 

Pelayanan kemudian dibantu oleh Oei Sioe Djin (s.d. Februari 1947). Pada bulan Mei 1949 THKTKH Madiun diakui sebagai gereja anggota Sinode THKTKH Jawa Timur. Sejak saat itu pelayanan gereja dibantu oleh pendeta konsulen, namun GKJW Madiun yang paling sering diminta bantuannya. Ketika terjadi pemisahan antara jemaat berbahasa Tionghoa dengan yang berbahasa Indonesia dalam tubuh THKTKH Jawa Timur, maka THKTKH Madiun memilih menjadi bagian dari THKTKH Khu Hwee Jatim Timur bagian Bahasa Indonesia. Seiring perubahan nama THKTKH Khu Kwee  Jawa Timur menjadi Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur pada tahun 1958,  THKTKH Madiun pun menjadi GKI Jatim Madiun. 

Pdt. Virgo Tri Septo Anggoro, alumnus FT-UKDW yang tanggal 19 November 2019 ditahbiskan sebagai Pendeta GKI dengan basis pelayanan di Jemaat GKI Madiun, kembali menemani kita dalam SG-GKI hari Jumat 7 November 2025. Selain pecel, kulineran khas Madiun lainnya ada sego jotos, pentol corah, lento dkk. (Riwayat GKI Madiun dari catatan Pdt. Virgo, diolah oleh Ronny N, video diedit dan diunggah oleh sdr. Sigit dari kantor Sinode GKI)