Baptisan Tuhan Tanda Pengharapan

Minggu, 07 Januari 2024 oleh Pdt. Fo Era Era Gea

BAPTISAN TUHAN TANDA PENGHARAPAN

Kejadian 1:1-5; Markus 1:4-11

 

Di akhir tahun 2023 seorang artis Indonesia, sebut saja Syahrini mengunggah status yang cukup menghebohkan warganet. Dilansir dari viva.co.id. yang berjudul “Unggahan Syahrini Ini Picu Kontroversi dan Diprotes Warganet, Kenapa?”, Syahrini menuliskan, “Bagaimanapun di dalam kitab suci, Yesus lahir, makan, tidur, berdoa, dan punya keterbatasan pengetahuan. Sementara Islam mengajarkan bahwa Tuhan selalu sempurna. Umat Kristen harus menanyakan kembali gagasan tentang Tuhan…” Ternyata yang cetar membahana bukan saja penampilannya tetapi juga unggahan media sosialnya. 

Benar bahwa Yesus dilahirkan. Ia juga makan, minum dan tentu saja berdoa. Namun alasan ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Yesus tidak sempurna. Ia lahir, makan, minum, dan berdoa sebab hakikat Yesus adalah sepenuh-penuhnya insani tetapi juga sekaligus sepenuh-penuhnya Ilahi. Keilahian Yesus tentu saja tidak membuat pengetahuan Yesus terbatas seperti yang dikatakan sang ratu cetar. Alkitab justru mempersaksikan bahwa Yesus selalu berhasil menghadapi para pemuka agama kala itu. Bahkan saat usianya 12 tahun Yesus menujukkan kecerdasan-Nya dihadapan orang-orang di Bait Allah (lih. Luk. 2:41-52).

Sebenarnya keilahian Yesus sudah dinampakkan dalam kisah penciptaan. Dalam Kejadian 1:1-5, kita sudah bisa melihat bagaimana Sang Bapa, Anak, Roh Kudus mencipta bersama. Kalimat, “…Allah menciptakan…”, “…dan Roh Allah melayang-layang…”, “Berfirmanlah Allah…” (Kej. 1:1-3). Kata “Berfirmanlah Allah” menunjukkan pribadi sang Firman yang adalah Yesus (Lih. Yoh. 1:1). Dengan demikian Yesus adalah Allah yang menjadi manusia yang bisa makan, minum, berdoa, bahkan sampai dibaptis.

Bacaan Injil minggu ini Markus 1:4-11, menceritakan Yesus yang dibaptis. Ia dibaptis sama seperti orang lain di masa itu. Namun yang membedakan adalah bahwa baptisan Yesus bukanlah karena Ia berdosa (Ibr. 4:15, 1 Yoh. 3:5) seperti pada baptisan orang-orang lain. Yesus dibaptis karena Ia sungguh menyatakan solidaritasnya kepada manusia. Ia turut merasakan apa yang dirasakan manusia agar kita tidak lagi seorang diri menghadapi persoalan. Lagipula baptisan Yesus ditutup dengan kehadiran “persekutuan ilahi” Sang Roh yang mewujud dalam rupa burung merpati dan suara Sang Bapa yang menyebut, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”.     

Pada titik ini kita bisa melihat bahwa Allah menjadi begitu sangat dekat dengan kita di dalam Yesus Kristus melalui kuasa Roh Kudus. Baptisan itu menjadi pengharapan bagi setiap kita untuk terus melanjutkan kehidupan ini. Kalau ratu cetar membahana itu meragukan Ketuhanan Yesus, yaaa biar saja soalnya dari dulu memang hidupnya sudah ragu. Lihat saja videonya yang bilang, “maju mundur, maju mundur, cantik…” Bingungkan mau maju apa mundur.

Tidak perlu merasa dihina apalagi sampai iman kita goyah. Dengan peristiwa baptisan Yesus kita justru harus merasa yakin dan bersyukur karena Allah begitu mencintai kita sampai-sampai Ia mau menjadi sama dengan kita, bahkan dibaptis. Sekarang mari kita mengingat baptisan kita dengan sungguh-sungguh menjalani hidup yang berkualitas bersama dengan Allah. Ingat baptisan bukan sekdar ucapan, tetapi sungguh dilakukan bahkan diperjuangkan!

 

Pdt. Fo Era Era Gea