Menangkap Momentum Hidup

Minggu, 21 Januari 2024 oleh Sdr. Gilbert Shilo Tanjaya, S.Fil

Menangkap Momentum Hidup

Yunus 3 : 1-5, 10; 1 Korintus 7 : 29-31; Markus 1 : 16-20

 

Momentum hidup merupakan sebuah kesempatan yang ada pada tiap orang untuk melakukan sesuatu. Dua kisah yang ada dalam bacaan kita hari ini menjadi contoh, dimana ada yang bisa menangkap momentum hidupnya. Namun, di sisi lain ada juga yang tidak sepenuhnya menangkap momentum hidupnya. Kisah pertama dalam pemanggilan para murid oleh Yesus adalah mereka yang dapat menangkap momentum hidupnya, yakni Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Mengapa? Karena mereka berani untuk melangkah, mengikuti Yesus, meninggalkan hal yang paling berharga, yakni adalah “keluarga.” Pada jaman itu, relasi-ikatan antar keluarga sangat erat sekali, jadi kalau bebicara tentang “merantau-hidup jauh dari keluarga” kondisi ini sangat asing bagi mereka. Akan tetapi, Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, berani untuk melangkah keluar dari “zona nyamannya.” Bukan berarti disini mereka tidak lagi mempedulikan keluarganya. Sedangkan, kisah yang kedua, Nabi Yunus tidak sepenuhnya menangkap momentum hidupnya sebagai Nabi yang diutus Allah. Pada awal perikop, ia malah kabur ke Tarsis. Alasannnya? Karena Niniwe merupakan ibu kota dari Asyur, bangsa yang sangat dibenci oleh orang-orang Israel. Yunus tidak rela mereka diampuni oleh Allah, karena Yunus sangat benci dengan bangsa Niniwe. Meskipun pada akhirnya Yunus tetap memenuhi panggilan Allah yang kedua kalinya untuk ke kota Niniwe, dan pada akhirnya mereka bertobat dan berbalik kepada Allah. Namun, kemarahan Yunus tetap ada di pasalnya yang keempat, bahkan ia mengatakan “….cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."

Jemaat yang terkasih, terkadang kita terlampau sulit untuk merasakan momentum-momentum, kesempatan-kesempatan yang ada dalam kehidupan kita. Terkhusus dalam kehidupan pelayanan kita, mungkin seperti Yunus, kita terlalu fokus dengan hal-hal yang tidak perlu. Rasul Paulus dalam tulisannya, 1 Korintus 7 : 29-31, mengingatkan kita untuk tidak terlalu fokus urusan-urusan yang terlalu lahiriah. Bukan berarti hal-hal lahiriah itu tidak penting. Namun, Rasul Paulus hal yang penting adalah ketika kita berkomitmen penuh dan memusatkan pengabdian untuk kepentingan Tuhan, karena yang kita layani adalah Tuhan. Saya rasa selama kita hidup banyak kesempatan atau momentum yang hadir dalam kehidupan kita. Pertanyannya adalah apakah kita peka dengan momentum tersebut? Ketika kita sudah memiliki kepekaan untuk menangkap kesempatan yang ada, perubahan dalam kehidupan kita pasti terus-menerus menjadi lebih “sehat.”

 

Gilbert Shilo Tanjaya