Kemuliaan Dalam Solidaritas Tanpa Batas

Minggu, 11 Februari 2024 oleh Sdr. Jonathan Fajar Agustino

KEMULIAAN DALAM SOLIDARITAS TANPA BATAS

2 Korintus 4 : 3 - 6, Markus 9 : 2 - 9

 

Siapa sih dari kita yang tidak menggunakan sosial media? Pasti kita menggunakan minimal satu dari banyaknya sosial media yang ada saat ini, seperti Facebook, Instagram, Tik-Tok, Twitter yang sekarang berganti nama menjadi X, atau yang umum digunakan saat ini adalah WhatsApp.

Sosial Media menjadi aplikasi yang mungkin paling banyak kita gunakan saat ini, bahkan bisa jadi membuat kita lupa waktu karena asik scrolling melihat konten-konten viral di dalamnya. Kita pasti juga pernah atau bahkan sering membagikan foto atau video aktivitas kita di sosial media, mungkin tujuannya adalah untuk menjadi viral juga.

 

Di balik serunya sosial media, ternyata terkadang aplikasi-aplikasi ini menjadi tempat untuk mencari pengakuan. Banyak orang membagikan konten-konten tentang pencapaian atau kebaikannya demi mendapatkan pengakuan. Untuk kalian yang sering insecure dengan konten semacam ini, tenang saja! Terkadang sosial media berbeda dari realita kok. Banyak dari mereka membuat itu sebagai settingan, atau melebih-lebihkan sehingga mendapat pujian atau pengakuan lebih.

Ternyata, Tuhan Yesus sendiri mencontohkan kita untuk tidak membanggakan atau melebih-lebihkan diri kita demi pengakuan atau pujian. Dalam kitab Markus 9 ayatnya yang ke 2 hingga ke 9, Tuhan Yesus menampakkan wujud ‘Ilahi’-Nya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes sehingga mereka menjadi takjub. Namun di ayatnya yang ke 9, Yesus berkata supaya mereka supaya jangan menceriterakan hal itu kepada seorang pun sebelum ‘Anak Manusia Bangkit dari Antara Orang Mati’. Dengan begitu, Yesus tidak mendapat pengakuan atau pujian yang mengagungkan dirinya sendiri sebagai Tuhan.

 

Disini Tuhan sebenarnya tidak merekomendasi behavior atau kebiasaan pamer atau unjuk kebolehan demi mendapatkan pengakuan atau pujian, yang bisa jadi dilebih-lebihkan demi keuntungan kita sendiri. Padahal realitanya mungkin tidak seperti itu. Pengakuan semu itu hanyalah membawa kita kepada ego, yang bahkan sebenarnya kita sendiri tidak tahu apakah itu diberikan secara tulus atau tidak.

Membanggakan kemampuan atau kebolehan diri sendiri secara berlebihan juga terkadang membuat kita lupa bersyukur, bahwasannya semua itu kita dapat dari berkat Tuhan. Tuhanlah yang memberikan kita kemampuan dan talenta untuk melakukan semuanya itu. Terkadang tren sosial media membuat kita lupa akan hal ini.

Seperti 2 Korintus 4 ayatnya yang ke 4 hingga 5 yang berbunyi: “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambar Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Kristus Yesus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus”.

 

Dalam firman ini, Tuhan mengingatkan kepada kita untuk tidak terhasut dengan banyaknya konten-konten di luar sana yang membutakan kita, dan yang membuat kita akhirnya lupa akan kehendak Allah dan berkatnya dalam hidup kita. Hingga yang sebenarnya patut diwartakan adalah karya Tuhan. Jadi sebenarnya akan baik jika sosial media menjadi tempat untuk mewartakan kasih dan karya Allah, daripada menjadi tempat untuk mencari pujian yang semu.

 

Jonathan Fajar Agustino